Kisah Suheri Pencari Karah-Karah, Sukses Buka Usaha Kripik Ubi

Kabar Sumbar130 Dilihat

SUMBARPOS.COM(SPC), PEKANBARU- Siapa sangka pemilik Usaha Rumahan Kripik Ubi Putra Kulim, Suheri dulunya pernah kesulitan finansial. Bahkan Suheri bersama istrinya Riyanti mesti hutang sana dan sini agar tetap bisa makan.

Suheri awal memulai usaha rumahannya ini pada tahun 2008, Suheri dan istrinya Riyanti pusing bukan kepalang. Mata pencaharian Suheri sebagai tukang karah-karah atau pencari barang bekas tidak lagi bisa menutupi biaya hidup.

“Harga karah-karah turun, saya rugi, padahal anak saya masih kecil. Mau tidak mau harus cari cara biar bisa dapat uang,” katanya Suheri, sambil memperlihatkan proses pembuatan kripik ubi di belakang rumahnya.

Kondisi tersebut mulai berubah ketika, Suheri berkenalan dengan seseorang pembuatan kripik ubi. “Di situ saya berkenalan dan diajak untuk melihat dan belajar pembuatan usaha buat kripik ubinya. Di situlah saya terinspirasi untuk coba membuat sendiri,” katanya.

Dengan modal seadanya, Suheri memulai usaha pembuatan kripik ubi bersama istrinya. Ubi dibeli dari para pemilik kebun ubi yang memang banyak di sana. “Pada awal-awal saya bersama istri. Tetapi istri waktunya juga harus terbagi karena anak juga masih kecil,” katanya.

Setelah kripik jadi, Suheri mulai menjajakannya ke warung-warung sepanjang Jalan Lintas Timur. Itu pun belum tentu laku semua. “Kalau banyak yang tidak laku saya bawa pulang dan bakar. Prinsip saya tidak akan jual atau kasih ke orang, karena kalau nanti keracunan karena kardaluarsa siapa yang mau tanggungjawab,” katanya mengenang.

Setelah merintis usaha selama tiga tahun, usaha kripik ubinya mulai menunjukkan perkembangan. Di situ Suheri mulai kebingungan. Sebab banyak permintaan mesti ditolak karena tidak sanggup untuk memenuhinya.

Di situlah, Suheri diajak seorang karyawan Bank Riau Kepri untuk melakukan pinjaman. “Ada di dekat sini namanya Pak Udin. Dia menjelaskan bagaimana supaya usaha kripik ubi saya dikembangkan lagi. Salah satu caranya dengan meminjam dana di Bank Riau Kepri,” katanya.

Suheri tidak langsung mengiyakan. Dirinya bersama istri sempat bimbang,khawatir nantinya kalau meminjam dana di Bank tidak bisa mengangsur. “Namun setelah saya pikir, sudah coba nabung sedikit demi sedikit tidak berhasil. Saya coba ajukan pinjaman pertama Rp 25 juta. Syukur ternyata proses di Bank Riau Keprinya tidak susah dan dipermudah,” kata Suheri.

Pinjaman tersebut dibelikan Suheri ke mobil pick up bekas. Sebab permintaan kripik Suheri tidak lagi hanya Pekanbaru, melainkan sudah merambah ke kabupaten-kabupaten lain. Seperti Rokan Hulu, Kampar, Pelalawan, Bengkalis. “Saya belikan mobil Rp 23 juta, sisa Rp 2 juta saya jadikan modal untuk produksi pesanan,” katanya.

Suheri bersyukur Bank Riau Kepri berkenan bermitra bersamanya selama delapan tahun. Dan sudan membantu mengucurkan dana pinjaman, sehingga usaha kripik ubi dengan merek dagang Putra Kulim miliknya terus berkembang.

Dari yang awalnya hanya bisa memproduksi 75 kilogram, kini Suheri bisa memproduksi 350 kilogram sampai 400 kilogram per hari. “Kalau omset Rp 5 juta dalam sebulan tetapi belum bersih. Kalau sekarang Rp 7 juta bersih,” katanya. Bahkan Suheri kembali mendapatkan pinjaman dana Rp 50 juta yang dipergunakan untuk memperluas jaringan usaha kripik ubinya.

Bahkan Suheri sudah bisa mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga yang berada di sekitar rumahnya. “Saya mengucapkan terimakasih kepada Bank Riau Kepri. Karena sangat membantu usaha kecil seperti saya untuk bisa lebih maju,” katanya.

Harapan Suheri Bank Riau Kepri bisa menjadi lebih besar lagi. Dan dapat terus membantu usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang ada di Riau agar semakin berkembang dan bisa membantu banyak orang dengan terbukanya lapangan pekerjaan. (advertorial)

Tinggalkan Balasan