“Pesantren yang dimaksudkan adalah sebagai penguat identitas nilai atau budaya Islam itu sendiri,” jelas Dafrizal didampingi Kepala UPT lainnya. Kita berharap pelaksanaan Islam yang utuh, menyeluruh dan Integral.
Hal ini menjadi semangat utama dalam gerakan dakwah di bidang pendidikan sebagai salah satu pilar menuju pendidikan nasional yang lebih baik. Sekolah Berbasis Pesantren,Pesantrendiartikan papar Dafrizal, diartikan sebagai sekolah yang memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu jalinan kurikulum.
Dengan pendekatan ini, semua mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah tidak lepas dari bingkai ajaran dan nilai-nilai Islam. Tidak ada dikotomi, tidak ada keterpisahan, semua bahasan tidak terlepas dari nilai dan ajaran Islam. Sekolah berbasis pesantren diperkaya dengan adanya kurikulum kepresidenan. Kurikulum khas ala pondok pesantren.
“Sekolah Berbasis Pesantren menekankan keterpaduan metode pembelajaran,” jelas Dafrizal. Sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Implikasi dari keterpaduan ini menuntut pengembangan pendekatan proses pembelajaran yang kaya, variatif dan menggunakan media serta sumber belajar yang luas dan luwes.
Metode ini memicu dan memacu optimalisasi pemberdayaan otak kiri dan otak kanan. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan pendekatan berbasis problem solving yang melatih siswa berfikir kritis, sistematis, logis dan solutif, berbasis kreativitas. Hal ini akan melatih peserta didik untuk berfikir orisinil, luwes (fleksibel), lancar dan imajinatif.
“Sekolah berbasis Pesantren juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah, dan jasadiyah,” tambah Ketua Forum UPT ini. Jadi akan mendidik peserta didik menjadi anak yang berkembang kemampuan akal dan intelektualnya, serta meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT, terbina akhlak serta berbudi mulia. ***