Jakarta – Gelombang panas yang melanda wilayah Asia telah menarik perhatian dunia, dengan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memberikan peringatan keras tentang peningkatan cuaca ekstrem di kawasan ini. Menurut laporan terbaru WMO pada 2023, Asia menjadi wilayah yang paling terdampak bencana akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim.
Pemanasan global mempercepat tren pemanasan di Asia, yang meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan rata-rata global sejak periode 1961-1990. “Laporan ini menyedihkan. Banyak negara mengalami tahun terpanas pada 2023, dengan kondisi ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan badai,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo.
Filipina dan Asia Tenggara menjadi sasaran utama gelombang panas. Di Filipina, ribuan sekolah menangguhkan kelas tatap muka karena separuh provinsi mengalami kekeringan. Thailand melaporkan 30 kematian akibat panas, sementara suhu di Bangkok mencapai 40,1 derajat Celsius.
Bangladesh dilanda serangan panas yang memengaruhi 33 juta anak-anak, sementara India, yang menghadapi pemilu besar-besaran, juga merasakan dampaknya. Gelombang panas yang menghantam India pada April dan Juni sebelumnya menyebabkan 110 kematian.
Para ahli menghubungkan gelombang panas ini dengan perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia, terutama penggunaan berlebihan bahan bakar fosil seperti BBM dan batu bara. Kerusakan lingkungan menjadi katalisator bagi cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.
Dalam menghadapi tantangan ini, mitigasi dan adaptasi menjadi kunci untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari dampak buruk perubahan iklim. Kesadaran akan pentingnya keberlanjutan energi dan tindakan konkret untuk mengurangi emisi karbon menjadi langkah penting dalam menjaga keseimbangan alam dan kehidupan manusia di masa depan.
sumber : CNN Indonesia