Isu Putra Daerah tak Laku di Pilkada

Politik106 Dilihat

JAKARTA ,SUMBARPOS.COM – Masyarakat Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, diingatkan agar tidak lagi terjebak dengan pemikiran-pemikiran sektarian.

Jangan memilih pasangan calon bupati hanya karena dia putera kelahiran Tapanuli Tengah.

Namun, tokoh pemuda Tapanuli, Roder Nababan, meyakini masyarakat Tapanuli Tengah  merupakan masyarakat yang berpikiran maju, sehingga dapat melihat jauh ke depan.

“Masyarakat Tapanuli Tengah itu masyarakat yang cerdas. Apalagi ditambah perkembangan informasi yang begitu cepat, sehingga mereka tentu melihat dan membandingkan, tokoh yang tepat untuk memimpin mereka ke depan. Jadi tidak lagi berdasarkan karena tokoh tersebut putera kelahiran Tapteng atau tidak, tapi yang jauh lebih penting, apa yang mampu dilakukan oleh tokoh tersebut untuk Tapteng,” ujar Roder saat berbincang dengan JPNN, Selasa (8/11).

Sebagai contoh perkembangan di DKI Jakarta misalnya, Roder meyakini, juga dijadikan rujukan bagi masyarakat Tapteng.

Bahwa terbukti, meski kelahiran Bangka Belitung, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mampu membawa DKI Jakarta berkembang begitu pesat.

“Selain Ahok, tokoh yang paling terkenal membangun Jakarta itu Gubernur Ali Sadikin. Beliau juga bukan kelahiran Jakarta. Demikian juga Presiden Peru Alberto Fujimori, dia kan keturunan Jepang. Tapi terbukti membawa Peru jadi dikenal dunia,” ujar Roder.

Informasi-informasi tersebut kata Roder, tentu menjadi bahan pertimbangan masyarakat Tapteng untuk memilih calon pemimpin yang terbaik.

Kemudian ditambah dengan melihat secara jeli track record para pasangan calon yang ada.

“Masyarakat tentu akan menilai, apa yang pernah dilakukan pasangan calon. Misalya, kalau memang pengusaha, akan menilai sejauh mana tokoh tersebut mampu membangun usahanya dan sejauh mana dia memberi kesejahteraan terhadap masyarakat yang berada di dekat lokasi usaha tokoh tersebut,” ujar Roder.

Masyarakat kata Roder, juga akan menilai sejauh mana kepedulian sosial dan kemampuan memimpin para pasangan calon yang ada.

“Hal-hal ini tentu menjadi pertimbangan utama. Karena untuk apa memilih seseorang yang ternyata tak punya kemampuan memimpin dan kemampuan membawa masyarakat lebih sejahtera. Pemimpin kan figur panutan, jadi penting melihat track recordnya. Saya kira hal ini yang menjadi penilaian utama masyarakat. Jadi jualan putra daerah non putera daerah, saya kira tak lagi laku saat ini,” ujar Roder.

 

(jpnn)

Tinggalkan Balasan