SUMBARPOS.COM – WAJAH Rara menyiratkan rasa iba saat mengenang aksinya bersama Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (Kophi) Sulsel. Matanya menerawang mengingat kembali kejadian pada 2013.
Saat itu, gadis bernama lengkap Rahma Purnama Sari ini mengunjungi sebuah daerah yang terletak di pinggiran kota Makassar. Kaluku Bodoa namanya.
Dia bersama anggota Kophi Sulsel lainnya miris melihat sampah yang menggunung. Ditambah, rumah peyot terbuat dari kardus yang mudah rusak dan kerap dilanda banjir.
“Daerah itu sebenarnya bukan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), makanya kami bersihkan bersama warga sekitar. Supaya, sampah tersebut ditaruh di TPA yang seharusnya,” tuturnya Kamis, 29 September 2016.
Perempuan asal Balikpapan ini juga membuat Sistem Pemanen Air Hujan (SPAH) dan lubang biopori agar saat musim hujan, air lebih mudah terserap dan tidak menggenangi rumah warga.
Berselang beberapa tahun, Rara bersama rekan komunitasnya kembali dan mendapati tumpukan sampah masih ada di daerah tersebut. Perasaan sedih berkecamuk.
Meskipun begitu, sulung dari dua bersaudara ini tetap kukuh mengubah pola pikir masyarakat untuk cinta terhadap lingkungan. Agustus lalu, ia mempromosikan pariwisata Leang Londrong, Pangkep melalui media sosial.
Tempat itu menawarkan keindahan sekaligus sampah yang mencuat.
“Sengaja kami promosikan tempat wisata baru, untuk referensi bagi masyarakat. Tapi, kami juga mengimbau agar tidak merusak dengan cara membuang sampah sembarangan,” ujarnya kepada FAJAR (Jawa Pos Group).
Tidak hanya di Makassar, Ketua Kophi Sulsel itu juga bertolak ke Solo demi membahas permasalahan isu lingkungan.
Saat perhelatan Jambore Bebas Sampah 2020 itu, Rara dan kedua rekannya mengajak warga di area itu memungut sampah.
Kontribusi pada cinta lingkungan merupakan cara gadis kelahiran 1995 tersebut mencintai diri sendiri. Baginya, lingkungan dapat memberikan timbal balik yang baik jika masyarakat melakukan hal serupa.
Rara yang hobi membaca buku kerap merasa kesal ketika menyaksikan langsung perbuatan pengendara yang membuang sampah di jalan.
Ia juga ingin menyadarkan penghuni rumah tangga untuk memisahkan sampah sesuai jenisnya.
Perempuan yang bercita-cita menjadi Menteri Lingkungan Hidup itu pernah mengunjungi langsung Bank Sampah.
Matanya berlinang sejenak saat menceritakan kisahnya kala memandang para pekerja di sana.
Kaki-kaki mereka berdarah, teriris limbah kaca akibat menyatunya semua macam sampah.
“Alangkah baiknya kalau masyarakat memisahkan sampah sesuai bentuknya, supaya para pekerja di Bank Sampah tidak lagi merasakan insiden seperti itu saat memisahkan sampah,” ucapnya.
(jpnn)