SUMBARPOS.COM – DITEMUKANNYA tulang-belulang Rio Oktriadi di belakang SMAN 4 Payakumbuh, Kamis (6/10), meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya yang tinggal Kelurahan Nunang Daya Bangun.
Sang ibu yang berdarah Kototuo, Agam, benar-benar terpukul. Apalagi, sebelum Rio ditemukan tinggal tulang, ayahnya yang berasal dari Kotobangun, Kapur IX, Limapuluh Kota, baru 20 hari meninggal. Inilah kesaksian keluarga Rio.
RUMAH kayu bernomor 27 yang berada di lingkungan Nunang, Kelurahan Nunang Daya Bangun, Kecamatan Payakumbuh Barat, nampak sepi.
Dua wanita yang sedang tidur-tiduran di dalam rumah tersebut, langsung terjaga saat mendengar salakan anjing di halaman.
Wanita yang menyambut kedatangan Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Senin (10/10) itu bernama Yarna Yetti alias Yet, 50.
Dia merupakan ibu kandung Rio Oktriadi, 20, pemuda Nunang yang ditemukan tewas di belakang SMAN 4 Payakumbuh, Kelurahan Padang Tangah, Balai Nan Duo, Kamis (6/10).
Saat mempersilahkan Padang Ekspres duduk di rumahnya, Yet terlihat sangat terpukul. Kelopak matanya memperlihatkan kesedihan.
Ibu rumah tangga ini sepertinya habis menangis. Wajar saja, Yet sedih. Baru 20 hari, suaminya Ali Yurdi, 60, yang berasal dari Kotobangun, Kapur IX, Kabupaten Limapuluh Kota, meninggal dunia.
Tiba-tiba, datang pula kabar, putranya Rio ditemukan tinggal tulang-belulang.
”Tadi, ibu kira, anak dari Polres, rupanya dari surat kabar. Tunggu sebentar, ibu panggilkan dulu kakak Rio. Karena ibu, tak bisa bicara. Takut salah-salah jawab,” kata Yet yang lahir dan besar di Payakumbuh.
Tidak lama berselang, Yet datang kembali bersama anak sulungnya, Desi Nofiyenti alias Desi, 29.
Kepada Padang Ekspres Desi memastikan, tulang-belulang yang ditemukan masyarakat dan polisi di belakang SMAN 4 Payakumbuh, memang kerangka Rio, adik kandungnya.
”Wajahnya memang sudah tidak ada, karena tinggal tengkorak. Tapi dari topi, baju, celana, dan sendal yang ditemukan di lokasi, kami pastikan, itu memang adik saya. Kini, jenazah masih di rumah sakit. Belum kami jemput, karena polisi masih melakukan penyelidikan,” kata Desi.
Gadis yang sehari-sehari bekerja di sebuah salon kecantikan itu mengaku, terakhir kali berbicara dengan Rio, 3 September silam.
”Waktu itu, malam Minggu. Saya bersama cowok saya, pergi ke Pasar Ibuah. Di jalan, saya ketemu Rio. Kami sempat mengobrol. Rio bilang, sedang menunggu mobil lewat. Rio sempat minta uang dan saya beri,” kata Desi.
Setelah pertemuan pada 3 September itu, Desri masih sempat melihat adiknya untuk terakhir kali pada Rabu malam, 7 September 2016.
”Waktu itu, ada acara orgen untuk memeriahkan pesta pernikahan warga Nunang. Saya lihat, Rio bersama teman-temannya. Setelah acara malam itu, Rio memang tak pernah kelihatan lagi,” ujar Desi.
Ibunya, Yet, yang awalnya banyak diam saat Padang Ekspres mengobrol dengan Desi, akhirnya ikut berbicara.
Yet juga mengaku, pada 7 September itu, sempat melihat Rio makan di tempat baralek (pesta pernikahan).
”Tapi saya hanya lihat dari jauh. Setelah itu, saya pulang ke rumah,” kata Yet.
Pihak keluarga mulai mengkhawatirkan Rio, setelah beberapa hari kemudian, dia tidak pulang-pulang ke rumahnya.
”Biasanya, kalau mau pergi ke mana pun, Rio pasti memberitahu kami keluarga. Kalaupun dia bagadang malam, tapi nanti, akan tetap pulang. Tidurnya tetap di rumah,” kata Desi.
Dia menyebut, karena Rio tak kunjung pulang, ayah mereka, Ali Yurdi, menjadi cemas. Siang-malam, Ali yang berprofesi sebagai tukang bangunan mengingat Rio.
”Sampai-sampai, orangtua lelaki kami meninggal mendadak 20 hari lalu. Mungkin memang karena memikirkan Rio,” ucap Desi dengan nada bergetar.
Desi sendiri, bersama keluarga, sudah berupaya mencari Rio.
”Kata teman-temannya, Rio sering main di Ibuah, tempat billiard, saya cari ke sana, tapi tak ketemu. Ada juga yang bilang, Rio biasanya main di taman (Ruang Terbuka Hijau, pinggir Batang Agam Ibuah, red), tapi tidak ada. Di warnet, sampai warung Kobeng, tempat dia biasa ngenet, juga tidak ada,” kata Desi.
Bagi Desi dan keluarga, Rio sejatinya adalah anak yang baik.
”Cuma mungkin karena pergaulan, dia sering pulang malam. Teman-temannya memang banyak. Termasuk anak-anak punk. Tapi kami tak yakin, Rio meninggal karena mabuk atau OD. Kami yakin, dia dianiaya. Karena di atas tulang-belulang, ditemukan pelepah pisang dan kelapa,” ujar Desi.
Meski demikian, Desi dan keluarga mengaku tidak mau terlalu banyak bicara.
”Biarlah kami serahkan kepada kepolisian. Kami masih menunggu jenazah Rio pulang. Kabarnya, ada dokter ahli forensik yang akan datang dari Jakarta. Tapi kami tak tahu jugalah,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan sang ibu. Menurut Yet, sebelum suaminya meninggal dan Rio ditemukan tinggal tulang, dia memang sempat memiliki firasat buruk.
”Saya mimpi, dua gigi saya copot. Itu mimpi, sebelum ayah Rio meninggal. Sebelum Rio ditemukan, saya juga merasa, waktu tidur, ada yang menarik kaki saya. Kini, kami pasrah saja. Kami serahkan pada yang berwajib,” ujar Yet.
Di sisi lain, Kapolres Payakumbuh AKBP Kuswoto yang dihubungi Padang Ekspres secara terpisah, memastikan, masih terus mendalami penyebab kematian Rio.
”Kami, masih terus mendalami kasus tersebut. Sejumlah saksi sudah diperiksa. Kalau ada perkembangan, kami beritahu kawan-kawan,” ujar Kapolres.
(jpnn)